Kelas Belajar Ular “Kelar”
Di
Indonesia, masih banyak wilayah berupa hutan dan perairan yang merupakan
habitat dari ular. Salah satu daerah yang masih banyak hutan adalah wilayah
Banten khususnya Lebak. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan, Kabupaten Lebak angka
insiden kasus gigitan ular tahun 2023 terdapat 615 kasus. Pada beberapa
Puskesmas di Wilayah Lebak, dilaporkan 5 (lima) Puskesmas dengan kasus gigitan
ular terbanyak adalah: Puskesmas Cipanas 55 kasus, Puskesmas Sajira 45 kasus,
Puskesmas Leuwidamar 47 kasus, Puskesmas Banjarsari 40 kasus, Puskesmas
Binuangeun 27 Kasus.
Berdasarkan
laporan rekapan kasus gigitan ular di Puskesmas Binuangeun didapatkan sebanyak
27 kasus selama tahun 2023 dan 11 kasus selama bulan Januari dan Februari 2024.
Rata-rata pasien berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 26 orang dan rentang usia
40 tahun – 65 tahun. Saat dilakukan wawancara kepada pasien, ditemukan banyak
ketidaktahuan pasien tentang gigitan ular. Pengetahuan yang mendasar seperti
pertolongan pertama serta pencegahan yang harus dilakukan, perihal tersebut pasien
ataupun keluarga pasien tidak mengetahui. Selain itu didapatkan keluhan atau
pertanyaan tentang pemberian anti bisa ular dan alasan kenapa pasien harus
dilakukan rawat inap minimal 24 – 48 jam.
Berdasarkan
penjabaran di atas, tingginya kasus gigitan ular yang terjadi khususnya di
Kabupaten Lebak serta minimnya pengetahuan masyarakat tentang gigitan ular, dr.
Vina Dwi Ningsih yang berpraktik di Puskesmas Binuangeun membuat inovasi “KELAR”
– KELAS BELAJAR ULAR. Diharapkan dengan adanya KELAR dapat menambah pengetahuan
masyarakat tentang gigitan ular sehingga dapat merubah prilaku masyarakat
terhadap penanganan awal gigitan ular serta cara pencegahan yang dapat
dilakukan.
Metode edukasi KELAR dilakukan secara offline ataupun online. Secara offline/ tatapmuka/ langsung dapat dilakukan saat adanya perkumpulan masyarakaat seperti saat kegiatan Prolanis, kegiatan UKS, Posyandu ataupun ketika ada rapat dengan Lintas Sektoral. Pada saat edukasi menggunakan media seperti proyektor (jika fasilitasnya ada) ataupun menggunakan leaflet/brosur agar lebih menarik dan mudah dipahami. Sosialisasi KELAR pertama dilakukan kepada rekan – rekan kerja Puskesmas Binuangeun, dengan tujuan para nakes Puskesmas Binuangeun dapat ikut serta mengedukasi Kelas Belajar Ular ini sehingga jangkauan edukasi KELAR semakin luas dan semakin banyak masyakrakat yang mendapatkan wawasan. Pada kondisi offline sudah dilakukan edukasi dibeberapa titik, diantaranya saat ada kegiatan perkumpulan warga di Musolah Wanasalam, diruang tunggu Pendaftaran Puskesmas Binuangeun dan di dirumah warga saat sedang berkumpul. Setlah edukasi, penulis melakukan tanya jawab dan meminta testimoni setelah dilakukan edukasi KELAR, respon masyakat sangat baik dan mengatakan baru mengetahui mengenai hal ini, yang selalu mereka lakukan dan ketahui adalah ketika digigit ular harus diikat kencang dibagian atas luka dan diberikan ramuan tradisional.
Metode secara online dapat diakses melalui Website yang dibuat oleh dr. Vina sebagai wadah berbagi informasi dan edukasi seputar gigitan ular. Website tersebut https://sites.google.com/view/kelar-kelasbelajarular/home. Link website ini juga akan dilampirkan secara QRCode yang dipasang di leaflet ataupun brosur yang digunakan saat penyuluhan secara offline. Metode online ini menjadi tepat mengingat sebagian besar edukasi kesehatan masyarakat perlu diarahkan pada anak-anak dan pemuda, lelaki dan perempuan. Kelompok usia 10-19 tahun adalah interval puncak usia untuk gigitan. Jumlah lelaki dan perempuan yang digigit hampir sama.
Dr. Vina optimis bahwa KELAR akan menambah wawasan untuk semua kalangan masyarakat akan gigitan ular. Peran dari semua pihak seperti tenaga kesehatan, kader, tokoh agama, pejabat lintas sektoral sangat diperlukan untuk membantu mengedukasi tentang gigitan ular salah sataunya dengan kegiatan KELAR. Manusia tidak dapat mengontrol ular, tidak dapat melawan takdir, namun manusia dapat menambah ilmu dengan belajar hal apapun yang bermanfaat dalam hidup, contohnya seperti belajar tentang gigitan ular melalui KELAR. Dinas Kesehatan mendukung penuh dr. Vina Dwi Ningsih yang saat ini masih menjalani proses penilaian Tenaga Kesehatan Teladan Kategori Dokter Umum di Tingkat Provinsi untuk mendapatkan hasil terbaik.